Kamis, 29 Maret 2012

Monolog pada Hujan

entah
hujan itu,
istimewa
dia membakar gembiramu kala kau bahagia
pula menambah gundah saat kesedihan meraja.
hujan itu,
misteri...
pijakan setiap rintiknya
menapakkan irama
di jengkal-jengkal tanah yang membasah
menghembuskan aroma rumput
yang lama meranggas sekarat
hujan itu,
inspirasi..
meluruhkan imajinasi
yang tersumbat di ujung gigi
yang mengantri lama sekali
dalam memori yang datang dan pergi

coba lihat sekeliling
saat hujan membelai kuncup ilalang
tidakkah ia memesonamu
dengan kejernihan dirinya

aku senang
membasuh diri ini
dibawah percikan gembiranya
ia memang begitu,
selalu ceria bermain sendiri
berjingkat-jingkat diatas atap
mengantarkan lagu yang gemerlap
lelapkan jiwa yang penat

satu pertanyaanku saja tak pernah digubrisnya
tentang kemana kaki-kaki jernihnya itu pergi
tentang kemana ia membawa gersang di ujung dedaunan

tak apa,
aku mengerti
hanya saja...
suatu hari nanti
berhentilah sejenak bersamaku
izinkan aku naik dalam bahtera petualanganmu
bawa aku menyusuri selimut bumi
melewati celah rumit tempat cacing bersembunyi
bawa aku
ke dunia dengan wajah yang berbeda
dunia putih dimana kau membeku
atau dunia terik tempat kau dimuliakan oleh hamba-hamba Tuhan

ya, ini hanya permintaan
kado dari alam mimpiku semalam
sa'at sayap-sayapku mulai bekerja
menjelajah ruang abstrak dalam lelap

semoga saja engkau berbaik hati
mendengar sejenak ocehanku ini
atau selanjutnya
benar-benar membawa semua anganku
dalam wujud dan realita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar